Menanggapi persebaran wabah gangguan pernafasan coronavirus baru dengan episentrum di Wuhan, China, Doktor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), dr. Syahrizal Syarif, MPH, Ph.D., mengungkapkan pendapatnya sebagai dosen dan peneliti dalam bidang epidemiologi. Pada perspektif kesehatan masyarakat, Doktor Syahrizal mengungkapkan bahwa Coronavirus yang mewabah belakangan ini adalah jenis baru yg dinamai 2019-nCoV. “Sebelum ini sudah dikenal 2 jenis Coronavirus yang menjadi wabah dunia, yaitu SARS pada 2002 – 2003 yg muncul di Guangzou, China, dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS- CoV) yang ditemui September 2012 di UK berasal dari Saudi Arabia”.
2019-nCoV saat ini sudah menyebar terutama di wilayah China dengan kasus konfirmasi sekitar 4500 dengan 107 kematian (2.4%) dan menyebar juga sebagai kasus import di 19 negara. Angka kematian ini menggambarkan tingkat keganasan penyakit. Melihat angka kematian sekitar 2.5-3% relatif rendah, jika dibandingkan dengan case fatality rate SARS (10%) apalagi jika dibandingkan dengan MERS- CoV (34%). Meskipun demikian, sampai saat ini WHO masih memandang kedaruratan ancaman wabah global ini masih terbatas di wilayah China belum dunia sehingga belum ditetapkan sebagai “public health emergency of international concern“.
Apa yang dilakukan pemerintah China saat ini dengan membangun 2300 bed ruang isolasi dan kebijakan karantina kota, suatu langkah yg luar biasa dan akan berdampak nyata pada 28 hari kedepan (2 kali masa inkubasi) berupa penurunan jumlah kasus baru. Seperti diketahui virus baru ini dapat menular dari orang ke orang bahkan dalam keadaan subklinis juga sudah dapat menular. Sebagai tambahan, menurut Doktor Syahrizal saat ini respon terhadap wabah global WHO sudah mengambil inisiatif International Health Regulation 2005 dan kemudian dikembangkan melalui Global Health Security Agenda. Jadi pada dasarnya Kemenkes sudah siap untuk menghadapi ancaman wabah global. Dalam respon medik, kesiapan Rumah Sakit rujukan dengan ruang isolasi yang standar adalah suatu hal yang penting. Disamping itu, dalam respon kesehatan masyarakat seperti KKP , B-BTKL Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota hingga puskesmas berfungsi penting untuk surveilans, investigasi dan penelusuran kontak.
Mengamati perkembangan penanganan 2019-nCoV di Indonesia, Syahrizal melihat bahwa sistem kewaspadaan dini sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya kasus-kasus tersangka di rawat di beberapa kota di Indonesia seperti Bandung, Jambi, Manado, Cirebon dan kota lainnya. “Hanya sayang tidak ada laporan resmi dari Kemenkes tentang status kasus tersangka ini- saya ngerti ada kekhawatiran jika status ini dilaporkan secara terbuka”, tutur Doktor Syahrizal. Namun Doktor Syahrizal pun merasa kerja jajaran Kemenkes perlu dihargai dan masyarakat tidak akan panik jika ada keterbukaan.
Masyarakat dihimbau untuk tidak panik karena tingkat penularan virus ini masih rendah. Masyarakat tetap harus menjaga kebersihan diri, kebiasaan cuci tangan dan menggunakan masker jika mengalami gangguan pernafasan. Ancaman wabah masih terus berlangsung dan terus perlu diamati perkembangannya.