Lebih kurang 1 diantara 3 balita di Indonesia mengalami stunting (Riskesdas, 2018). Stunting merupakan kondisi malnutrisi kronis yang menyebabkan tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya. Semakin cepat stunting dideteksi, maka semakin cepat upaya pencegahan atau penanganan dapat diberikan. Mendeteksi stunting di masyarakat, terutama untuk balita, dapat dilakukan di Posyandu dengan melakukan pengukuran panjang atau tinggi badan anak dan membandingkan hasilnya dengan standar WHO 2006. Akan tetapi, hal tersebut jarang sekali dilakukan karena beberapa hal, diantaranya adalah kader memiliki keterampilan yang minim dalam melakukan pengukuran panjang dan tinggi badan, kesulitan dalam menghitung umur anak, menilai atau mengkonversi hasil ukur panjang dan tinggi badan sesuai umur dan jenis kelamin sesuai standar WHO 2006 untuk menentukan status stunting atau normal. Hal ini lah yang melatarbelakangi Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) yang diketuai oleh Ir. Siti Arifah Pujonarti, MPH memberikan edukasi kepada kader posyandu mengenai stunting dan cara mendeteksinya menggunakan lengthboard/stadiometer yang telah dimodifikasi sehingga bisa cepat dan tepat mendeteksi stunting pada balita sesuai umur dan jenis kelaminnya.
Kegiatan pengmas berlangsung di Kelurahan Duren Mekar, Kota Depok, pada Bln Juli s.d. Desember 2019 yang diikuti oleh 3 (tiga) posyandu terpilih, yaitu Posyandu Teratai Putih 2, Posyandu Cempaka dan Posyandu Wijaya Kusuma. Kegiatan ini diawali dengan pemberian pelatihan untuk seluruh kader di tiga posyandu terpilih mengenai stunting dan cara mendeteksi stunting, dilanjutkan dengan melakukan praktik menghitung umur anak, mengukur panjang dan tinggi badan, mengkonversi hasil ukur ke dalam z-score, dan menginterpretasikan hasil ukur. Selain memberikan pemahaman kepada kader dalam mendeteksi stunting menggunakan lengthboard/stadiometer konvensional, Tim Pengmas FKM UI juga mengedukasi kader tentang cara menggunakan lengthboard/stadiometer yang telah dimodifikasi sebagai alat deteksi cepat stunting.
Para kader sangat antusias menggunakan lengthboard/stadiometer modifikasi tersebut karena dapat dengan mudah, cepat, dan tepat mendeteksi stunting pada balita. Mereka menyatakan bahwa alat tersebut sangat memudahkan dalam menentukan stunting tidaknya balita yang mereka ukur. Selama ini, kader hanya melakukan pengukuran panjang/tinggi badan balita, sedangkan penentuan status stunting tidaknya dilakukan oleh petugas Gizi Puskesmas. Selain itu, kader posyandu juga dibekali dengan tambahan informasi mengenai Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang bergizi seimbang sesuai dengan tahapan usia anak. Setalah diberikan pelatihan, Tim Pengmas juga melakukan pemantauan setiap bulan di setiap posyandu hingga bulan Desember 2019.
Penerimaan kader terhadap alat deteksi cepat stunting tersebut menjadi hal positif sehingga kader dapat melakukan deteksi dini stunting di posyandunya masing-masing. Diharapkan penggunaan lengthboard/stadiometer modifikasi tersebut dapat diterapkan di lebih banyak Posyandu, sehingga pencegahan dan penanganan sesegera mungkin jika ditemukan anak yang stunting dapat dilakukan agar anak tersebut dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhannya dan memiliki peluang yang sama besarnya dengan anak yang tidak stunting untuk tumbuh sehat, cerdas, dan berprestasi di kemudian hari.